Senin, 24 Agustus 2020

Akupunktur Anestesia

Di Indonesia, sampai dengan saat ini tidak kurang para akupunkturis yang masih penasaran dengan akupunktur anestesi. Istilah akupunktur anestesi perlu dibedakan dengan akupunktur analgesia. Di bawah ini, disampaikan deskripsi sederhana tentang akupunktur anestesi. Diharapkan juga masukan dan tanggapan serta diskusi dari pembaca lainnya untuk ikut menambah wawasan dan pengetahuan terutama di bidang ilmu pengobatan akupunktur tradisional Tiongkok.

Akupunktur analgesia
Akupunktur analgesia adalah yang diproduksi oleh penjaruman dengan menggunakan jarum akupunktur di titik akupunktur tertentu di tubuh. Hal ini mengaktivasi serabut saraf halus bermyelin, yang terdapat di otot, dimana rangsangan tersebut  di lanjutkan ke spinal cord dan kemudian mengaktifkan 3 pusat – spinal cord, midbrain, dan pituitary/hypothalamus – untuk menghasilkan (Efek) analgesia. 

Akupunktur anestesia
Tahun 1958, adalah awal mula perkembangan akupuntur anestesi di Tiongkok, dan mencapai puncaknya saat era revolusi kebudayaan.
Tahun1971, kantor berita RRC - Xinhua, secara resmi mengumumkan ke seluruh dunia tentang keberhasilan akupuntur untuk anestesia.  Merupakan lompatan besar dalam sejarah pengobatan tradisional Tiongkok, khususnya akupunktur. Akupuntur anestesia di Tiongkok sudah melakukan lebih dari 400,000 penelitian klinis, dan telah di cobakan ke ratusan jenis operasi. 

Di tahun 1972,  Nixon, Presiden Amerika Serikat pertama yang berkunjung ke negeri Tiongkok, sekaligus Tiongkok membuka diri terhadap negeri Barat. Negara-negara Barat sangat kagum dengan kebudayaan Tiongkok, termasuk pengobatan tradisional akupunktur yang mereka anggap luar biasa, karena bisa juga sebagai akupunktur anestesi. Negara Barat juga dibuat gempar, karena Tiongkok mengundang para wartawan dari seluruh dunia, untuk menyaksikan langsung kehebatan akupunktur anestesia saat operasi SC (Sectio Caesarea). Dari sejak itulah, ilmu akupunktur mulai mendunia, menyebar termasuk sampai ke Indonesia. 

Tahun 1976, Tiongkok menerbitkan perangko edisi khusus untuk memperingati keberhasilan pengobatan tradisional Tiongkok yang sudah menyebar sampai ke seluruh dunia. 

Tahun 1979, sudah lebih dari 2 juta kasus bedah dilaporkan dengan memanfaatkan akupunktur anestesia, sehingga masyarakat seluruh daratan Tiongkok pun tahu, kalau akupunktur bisa digunakan untuk anestesia. 

Akan tetapi, setengah abad tak terasa telah berlalu, lama kelamaan masyarakat Tiongkok sudah tidak peduli lagi dengan akupunktur anestesia. Mengapa ini sampai terjadi?  Karena penelitian akupunktur anestesia dari hasil laporan penelitian kasus, ternyata tidak cukup waktu dan percobaan. Jadi hasil yang selama ini di gembar-gemborkan tidak sesuai dengan kenyataan. Yang sebenarnya adalah cara propaganda semata untuk menyebarluaskan ilmu akupunktur ke seluruh dunia. 

Kebaikan akupunktur anestesia, diantaranya: 

  • Mengurangi efek samping obat anestesi, sangat cocok untuk orang yang allergi terhadap obat-obatan anestesi.
  • Pasien dapat tetap sadar / terjaga sepanjang proses anestesi. Fungsi fisiologis tetap dalam batasan normal.  Pasien dapat bekerjasama dengan dokter bedah nya untuk kasus bedah tertentu,  terutama pembedahan di saraf otak. 
  • Lebih cocok untuk kasus kedaruratan, misal di daerah rural dimana sarana dan obat minim tersedia. 


Bukti-bukti (kekurangan) bahwa akupunktur anestesia tidaklah benar-benar berfungsi sesuai namanya, men-anestesia, adalah sebagai berikut:
• Akupunktur anestesia tidak benar-benar bisa membuat rasa nyeri 100% hilang,  otot sisi pembedahan tidak menjadi kendur/rileks, organ dalaman  tetap teregang. Dari penelitian lanjutan ternyata akupunktur anestesi tidak mampu mengendurkan otot sekitar tempat operasi mau dilakukan, dan organ dalaman semisal gerakan peristaltik usus, tidak ada perubahan. Sehingga akupunktur dianggap gagal melakukan tugasnya untuk meredakan 100% nyeri, apalagi untuk anestesi. 
• Akupunktur anestesia pada kenyataannya tidak diterima dengan baik oleh ahli bedah, bahkan para ahli bedah tidak menganjurkan pemanfaatan akupunktur anestesi untuk membantu membius pasien pre-operasi. Hal ini dikarenakan hasilnya yang tidak stabil dan tidak mampu 100% menghilangkan rasa nyeri pre-operasi. Akupunktur anestesia hanya berhasil pada sebagian kecil orang yang memang sensitif terhadap penjaruman. Sebagian orang lagi bahkan tidak merespons sama sekali!
• Dokter bedah harus menggunakan pisau bedah yang sangat tajam kalau mau memanfaatkan akupunktur anestesia, supaya rasa sakit akibat sayatan bedah tidak terlalu terasa. Dokter bedah juga harus bekerja secara cepat dan tenang, supaya pasien tidak menjadi gelisah. 15-30 menit sebelumnya, juga diperlukan suntikan obat penenang ke pasien pre-akupunktur anestesia. 
• Stimulasi dengan penggunaan stimulator di jarum akupunktur harus tanpa jeda terus menerus dilakukan untuk menjaga agar jangan sampai pasien merasakan nyeri. 
• Akupunktur anestesia masih mampu mengatasi nyeri di (permukaan) kulit, tapi tidak berdaya mengatasi ketegangan otot dan gerakan organ dalam. Sehingga masih tetap dibutuhkan suntikan Procaine untuk mengatasinya. 

Jadi pada kenyataannya, terungkap bahwa hasil laporan terdahulu tidaklah murni 100% mengandalkan akupunktur anestesia guna meredakan nyeri sebelum dan selama operasi berlangsung.  
Kenyataannya pula, sejak 1958 di mulainya penelitian akupunktur anestesia, pasien yang perlu di operasi ulang oleh karena berbagai sebab, tidak satupun yang mau lagi menggunakan akupunktur anestesia sebagai pereda nyeri operasi. 

Maka dari itu, saat ini kalau kita menanyakan soal akupunktur anestesia di institusi pendidikan maupun rumah sakit pendidikan Di Tiongkok, selalu dijawab, bahwa mereka sudah lama tidak mengajarkan, apalagi mempraktekkannya ke pasien. Alasannya saat ini ilmu kedokteran sudah sedemikian maju, tidak ada lagi alasan yang dapat membenarkan penggunaan akupunktur untuk anestesia. Karena hal itu sama saja mengingkari kemajuan ilmu kedokteran khususnya di bidang anestesia. Sungguh jawaban yang sangat realistik!!!

Di Tiongkok modern saat ini, hampir tidak ada satu dokter bedah pun yang mau melakukan pembedahan jika pasiennya menggunakan akupunktur anestesia sebagai pereda nyeri pre dan selama operasi. 
Demikian juga halnya dengan dokter ahli anestesia, nyaris tidak ada yang berminat sama sekali memanfaatkan akupunktur untuk anestesi.
Alasan lain tidak menggunakan akupunktur anestesi adalah untuk efisiensi waktu dan biaya.
Dan alasan yang paling utama adalah tentunya untuk kepentingan pasien. Pasien perlu kepastian, ketenangan, keamanan, dan kenyamanan. 
Pun jika mau jujur ditanyakan ke ahli akupunktur anestesia, apakah dia sendiri bersedia menggunakan teknik akupunktur anestesia jika satu waktu dirinya harus menjalani tindakan operasi, yakin dengan seyakinnya, jawabannya adalah "TIDAK!".  

Akan tetapi, Akupunktur anestesia Di Tiongkok bukan berarti sudah benar-benar tidak ada lagi. Akupunktur anestesia Di Tiongkok tetap masih eksis, bahkan tidak putus-putusnya dilakukan penelitian dan pengembangan, juga karena merupakan bagian dari kebanggaan dan penghormatan Bangsa Tiongkok atas budaya dan pengobatan tradisional nya. Tetapi dilakukan terbatas hanya di pusat studi tertentu dan untuk kasus langka yang memang membutuhkan tindakan anestesia dengan akupunktur. Atau untuk keperluan Show Off semata. 

Demikian sekilas perjalanan akupunktur anestesia di negeri asalnya Tiongkok. Jadi, masihkah kita disini tertarik dan mau mempelajari ilmu (akupunktur anestesia) yang di negeri asalnya sendiri sudah lama ditinggalkan, bahkan mungkin perlahan dilupakan pemanfaatannya?